A brief about my interest on the language and literature
Pembekalan pembuatan antologi cerpen dari LSS Reboeng dan sastrawan Kurnia Effendi
Orang yang memiliki tanggal lahir yang sama dengan Mantan Presiden Soeharto dan sama dengan wafatnya Nabi Muhammad SAW. Saya Muhammad Fatih Putra Nugraha, seorang siswa SMA Pradita Dirgantara kelas X. Saya lahir di Blora dan tumbuh besar hingga saat ini di Boyolali.
Selain memiliki kemampuan di bidang logika-matematika serta sains, saya juga memiliki – agaknya sedikit – kemampuan dan ketertarikan di sastra, terutama sastra Indonesia. Mungkin dikarenakan faktor genetik yang mana ibu saya bergelar sarjana sastra. Saya telah membuat berbagai bentuk karya sastra yang mana idenya selalu saya dapat secara spontan. Sebagai contoh di saat saya sedang berjalan menuju ke masjid, terkadang saya mendapatkan nasihat dari Tuhan, nasihat itu langsung saya olah menjadi puisi atau sekedar tulisan
Yang pertama, puisi, saya sudah menulis puluhan puisi yang terbentang dari berbagai tema. Umumnya saya membuat puisi saat mendapatkan hidayah, pemikiran filosofis, sedang berbunga-bunga, atau sedang galau. Puisi adalah wujud sastra favorit yang paling sering saya buat karena dengan menyampaikan ide menggunakan puisi, saya bisa menulis kalimat puitis yang hanya dipahami orang-orang tertentu saja dan dengan gaya penulisan sesuka hati. Contohnya:
Setetes demi setetes
Perlahan akan pudar dan menghilaang
Pada akhirnya apa yang diimpikan
Akan sekedar menjadi kekosongan transparan
Dan di saat waktu itu tiba
Sudah terlambat untuk sekedar memahaminya
Kedua, cerpen yang jumlahnya tidak terlalu banyak. Saya kurang menyukai cerpen karena kesederhanaan dan keterbatasan alurnya. Saya lebih menyukai cerita yang panjang dan kompleks oleh karenanya saya lebih tertarik untuk menekuni yang ketiga yakni novel. Sejauh ini 1 novel sudah saya buat namun tidak ingin saya publikasikan dan sekarang saya menulis novel baru untuk proyek CAS saya. Tema yang saya sering saya bayangkan dalam pikiran berturut-turut dari yang paling sering adalah romantis, thriller, dan sekolah.
Sastrawan Kurnia Effendi pernah berkata “Sastrawan paling hebat adalah yang paling rakus terhadap buku bacaan.” Saya adalah kutu buku, meskipun saya suka menulis cerpen dan novel, saya lebih suka membaca buku non-fiksi dibandingkan buku fiksi. Ada dua faktor yang melatarbelakanginya, yang pertama karena saya lebih menyukai cerita fiksi apabila ditampilkan dalam bentuk film dan yang kedua karena saya lebih menyukai membangun cerita menggunakan ilmu yang saya pelajari dan dengan gaya bahasa saya sendiri. Terdapat lebih dari 70 buku non-fiksi yang murni milik saya dan hanya 5-6 buku fiksi yang saya miliki. 70 buku non-fiksi itu juga yang telah membentuk pola pikir saya hingga saat ini dan yang mendasari teori di dalam cerita yang saya buat.
Menciptakan karya sastra atau menikmati karya sastra, keduanya merupakan bidang yang saya memiliki ketertarikan di dalamnya. Mungkin jika Indonesian A berkutat pada kedua bidang tersebut, maka saya akan sangat nyaman di dalamnya.
Comments